Blogger Widgets Basyir Amir Zuliman: sejarah
Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan tidak dapat dihancurkan

Rabu, 30 Oktober 2013

sejarah


 BAB 1
PENDAHULUAN

1.       Latar Belakang
 Lahirnya suatu sistem pendidikan bukanlah hasil suatu perencanaan menyeluruh melainkan langkah demi langkah melalui eksperimentasi dan didorong oleh kebutuhan praktis di bawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Nederland maupun di Hindia Belanda. Selain itu kejadian-kejadian di dunia luar, khususnya yang terjadi di Asia, mendorong dipercepatnya pengembangan sistem pendidikan yang lengkap yang akhirnya, setidaknya dalam teori, memberikan kesempatan kepada setiap anak desa yang terpencil untuk memasuki perguruan tinggi. Dalam kenyataan hanya anak-anak yang mendapat pelajaran di sekolah berorientasi Barat saja yang dapat melanjutkan pelajarannya, sekalipun hanya terbatas pada segelintir orang saja.       
Sejarah pendidikan yang akan diulas adalah sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia (Nasution, 1987:3). Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.
Jatuhnya kota Konstantinopel (Ibu Kota kerajaan Romawi Timur) ke tangan Turki Usmani tahun 1453,kemudian bangsa Turki menutup Konstantinopel untuk orang Eropa akibatnya di Eropa terjadi kelangkaan rempah-rempah, maka mulailah mereka mencari Negeri asal rempah-rempah.
2.  Rumusan Masalah
      1. Bagaimana proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia
      2.  Bagaimana cara-cara yang digunakan oleh bangsa Eropa untuk mencapai tujuan
      3.  Bagaimana masa pemerintahan Hindia Belanda



3.  Tujuan
  1. Menjelaskan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia.
  2. Menjelaskan cara – cara yang digunakan oleh bangsa Eropa untuk mencapai tujuan.
  3. Menjelaskan masa pemerintahan Hindia Belanda






























BAB II
PEMBAHASAN

1.    Proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia.
Sekitar tahun 1500 masehi akifitas perdagangan antar negara mulai berkembang menjadi hubungan dagangan internasional antara Eropa, Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tenggagara dan Asia Timur. Aktifitas tersebut semakin tambah ramai setelah dibukanya jalur pelayaran yang menghubungkan Eropa, Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tenggagara dan Asia Timur.  Dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan tersebut, selain terjadi hubungan dagang antar negara, masuk pula pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing terutama dari Eropa ke negara-negara Asia, khususnya Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut, Indonesia mempunyai peranan penting, yaitu sebagai penyedia barang-barang dagangan seperti rempah-rempah, beras, tembakau, kayu, emas, timas, tembaga dan sebagainya. Juga memiliki posisi yang strategis yaitu berada ditengah-tengah jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Serta didukung oleh keberadaan selat Malaka yang menjadi pintu masuk bagi pedagang-pedagang asing ke Indonesia. Selain itu penduduk Indonesia sangat padak, maka sangat baik sebagai tempat pemasaran bagi para pedagangan-pedagang asing.
     Berkembangnnya hubungan dagang internasional melalui jalur laut pada jaman kuno, karena dipengaruhi oleh empat faktor sebagai berikut :
  1. Berkembangnya ilmu pengetahun dan teknologi modern di Eropa, sehingga ditemukan kapal uap, kompas, navigasi, peralatan kapal dan mesin yang mempermudah pelayaran. Penemuan tersebut dapat menggantikan alat transportasi dan petunjuk arah pelayaran yang sifatnya tradisioonal. Maka kegiatan pelayaran tidak tergantung pada alam, baik arah angin untuk menggerakkan kapal layar maupun rasi bintang bisuk sebagai petunjuk arah pelayaran.
  2. Setelah bangsa Turki Usmani dapat menguasai Konstatinopel pada tahun 1453 masehi, maka para pedagang bangsa Eropa dilarang berdagang dilaut tengah. Sehingga bangsa-bangsa Eropa sulit memperoleh rempah-rempah.
  3. Bangsa-bangsa Eropa ingin membalas kekalahannya pada orang-orang Islam, terutama terhadap bangsa Turki, sehingga timbul semangat untuk melanjutkan Perang Salib kedunia timur ( negara-negara dikawasan benua Asia ).
  4. Kisah perjalanan Marcopollo seorang musafir dari Venesia, Italia, yang berhasil mengunjungi India, Indonesia dan China. Maka memberikan inspirasi bangi bangsa Eropa mencari jalan kedunia timur.
  5. Ajaran Copernicus yang menyetakan bahwa bentuk bumi itu bulat.
  6. Terdorong  oleh semangat semboyan imperialisme kuno, yaitu :
    1. Gold adalah keinginan untuk mencari kekayaan.
    2. Glory adalah Keinginan untuk memperoleh kejayaan.
    3. Gospel adalah keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani.

Faktor-faktor tersebut diatas mendorong bangsa-bangsa Eropa mengadakan penjelajahan samudra guna mencari jalan ke negara-negara penghasil rempah-rempah. Penjelajahan samudra tersebut pertama kali dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Setelah bangsa Portugis dan Spanyol berhasil menemukan jalan ke negara-negara di benua Asia dan Afrika, maka diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa yang lain.
  1. Penjelajahan samudra bangsa Portugis
Bangsa Portugis mengadakan penjelajahan samudra dimulai sejak tahun 1450 masehi. Tokoh-tokoh penjelajahan samudra bangsa Portugis antara lain :
1.              Bartholomeus Diaz (1450 -1500 masehi )
2.              Vasco da Gama (1469 -1524 masehi )
3.              Alfonso d’Albuquerque (1453-1515 masehi )

Rute pejelajahan samudra yang ditempuh oleh bangsa Portugis dimulai dari kota Lisabon (1486 dan 1497 ), menyusuri pantai barat Afrika, semenanjung Harapan, pantai timur Afrika berlayar kearah timur menuju ke Calicut (India) pada tahun 1498 masehi. Di India Vasco da Gama mendirikan kantor dagang. Kemudian pada tahun 1511 Alfonso d’Albuquerque yang menggantikan Vasco da Gama berhasil menguasai selat Malaka. Setelah menguasai Malaka, bangsa Portugis melanjutkan pelayarannya kearah timur menuju Indonesia. Pada tahun 1512 masehi berhasil menanamkan pengaruhnya di Maluku.
1.        Penjelajahan samudra bangsa Spanyol
Mulai tahun 1451 masehi atas perintah Ratu Isabella bangsa Spanyol mengadakan penjelajahan samudra.
 Tokoh-tokoh penjelajahan samudra bangsa Spanyol sebagai berikut :
1.    Christophorus Columbus (1451-1506)

  1. Christophorus Columbus (1451-1506)
  2. Ferdinand Magelhaens (1480-1521)
  3. Juan Sebastian del Cano (1480-1522)

Rute penjelajahan samudra Christophorus Columbus dimulai dari kota Lisbon berlayar kearah barat menyeberangi samudra Atlantik. Pada tahun 1492 berhasil menemukan benua Amerika. Pada tahun 1519 dilanjutkan Ferdinand Magelhaens dan Juan Sebastian del Cano dengan menempuh rute yang pernah dilalui oleh Christophorus Columbus. Pada tahun 1521 sampai dikepulauan Massava (sekarang Filipina). Setelah Ferdinand Magelhaens meninggal, pelayaran dilanjutkan oleh Juan Sebastian del Cano dari Filipina menuju arah selatan, maka sampailah dikepulauan Maluku tahun 1522 masehi.
Dengan demikian di Maluku terjadi persaingan dagang antara bangsa Portugis dengan bangsa Spanyol. Untuk menghindari persaingan tersebut maka pada tahun 1528 masehi dikota  Saragosa (Spanyol) diadakan perjanjian. Isi perjanjian tersebut bahwa Portugis tetap melanjutkan perdagangannya di Maluku. Sedangkan Spanyol melanjutkan kegiatan dagangnnya di kepulauan Massava di Filipina.
Pada tahun 1580 Spanyol melarang orang-orang Belanda membeli rempah-rempah di pelabuhan Lisabon. Karena dirugikan oleh Spanyol, maka orang-orang Belanda melakukan penjelajahan untuk mencari jalan kepusat penghasil rempah-rempah. Tokoh-tokoh penjelajahan samudra bangsa Belanda antara lain :
  1. Barents (1594 masehi)
  2. Cornelis de Houtman (1595 masehi)

Rute penjelajahan samudra bangsa Belanda dimulai pada tahun 1594, dipelopori oleh Barents yang berlayar kearah kutub utara dan menemukan pulau Novaya Zemlya. Kemudian pada tahun 1595 masehi dilanjutkan oleh Cornelis de Houtman, menempuh jalur pelayaran bangsa Portugis. Setelah melewati semenanjung Harapan, samudra Hindia dan selat Malaka, rombongan Cornelis de Houtman sampai di pelabuhan Banten pada tahun 1596 masehi. Dari Banten Cornelis de Houtman melanjutkan pelayarannya kearah Indonesia bagian timur, untuk memperoleh rempah-rempah. Mereka singgah di Madura, Bali, kemudian berlayar kearah utara sehingga sampai di kepulauan Maluku pada tahun 1598 masehi.
2.        Cara-cara yang digunakan oleh bangsa Eropa untuk mencapai tujuan.
Melalui penjelajahan samudra maka sejak tahun 1511 sampai tahun 1598 masehi bangsa-bangsa Eropa datang ke Indonesia. Adapun bangsa-bangsa Eropa yang datang ke Indonesia adalah Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan sebagai berikut :
a.   Mencari kekayaan atau gold yaitu dengan cara berdagang, mencari rempah-rempah, menanamkan modal. Sehingga di negara-negara Asia dan Afrika berdiri perusahaan-perusahaan swasta milik bangsa-bangsa Eropa.
b.   Mencari kejayaan atau glory yaitu dengan cara menguasai  negara-negara dibenua Asia dan Afrika.
c.   Menyebarkan agama Nasrani atau gospel ke negara-negara di Asia dan Afrika, serta melanjutkan perang Salib terhadap orang-orang Islam.

Agar tujuan tersebut diatas dapat tercapai, maka bangsa-bangsa Eropa melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
  1. Melaksanakan politik monopoli dagang di Indonesia, dengan maksud agar bangsa-bangsa Eropa dapat menguasai serta mengendalikan kegiatan ekonomi dan perdagangan di Indonesia. Untuk itu maka bangsa-bangsa Eropa membentuk kongsi atau perusahaan perdagangan. Contohnya adalah Verenigde oost Indische Copagnie (VOC) merupakan kongsi dagang milik orang-orang Belanda.
  2. Melaksanakan politik Devide Et Impera atau politik adu domba. Untuk menguasai wilayah Indonesia maka bangsa-bangsa Eropa mengadu domba rakyat Indonesia. Contoh pemerintah VOC Belanda mengadu domba Sultan Ageng Tirtaya dari kerajaan Banten dengan putranya yaitu Sultan Haji.
  3. MengEropakan bangsa Indonesia, maksudnya kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang ada di Indonesia diganti seperti kondisi yang ada di negara-negara Eropa. Contohnya kota Jakarta pada masa pemerintahan VOC Belanda diganti menjadi Batavia, karena di Belanda ada negara bagian yang namanya Republik Batav.
  4. Di Indonesia bangsa-bangsa Eropa membentuk pemerintah jajahan atau kolonial. Dengan tujuan agar dapat mengendalikan seluruh kegiatannya di Indonesia. Disamping itu juga membangun kekuatan militer untuk mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Contohnya adalah “ Pemerintahan VOC Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jendral.”

3.  Masa Peemerintahan Hindia Belanda
 A. Pendidikan Selama Penjajahan Belanda
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial.
1.Zaman VOC (Kompeni)
Orang belanda datang ke indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang. Mereka di motifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal layar kecil untuk mengambil rempah-rempah dari indonesia. Namun pedagang itu merasa perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan dari pada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu kemudian mereka perkuat dan persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan teritorial. Setelah peperangan kolonial yang banyak akhirnya indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan belanda. Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada permulaan abad ke 20.
      Metode kolonialisasi belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja yang berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi menuntut monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam. Adat istiadat dan kebudayaan asli dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi tradisional digunakan oleh belanda untuk memerintah negri ini dengan cara efisien dan murah. Oleh sebab belanda tidak mencampuri kehidupan orang Indonesia secara langsung, maka sangat sedikit yang mereka perbuat untuk pendidikan bangsa. Kecuali usaha menyebarkan agama mereka di beberapa pulau di bagian timur Indonesia. Kegian pendidikan pertama yang dilakukan VOC.
       Pada permulaan abad ke 16 hampir se abad sebelum kedatangan belanda, pedagang portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu di hasilkan. Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang memasukkan penduduk kedalam agama katolik yang paling berhasil tiantara mereka adalah Ordo Jesuit di bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama. Seminari dibuka di ternate, kemudian di solor dan pendidikan agama yang lebih tinggi dapat diperoleh di Goa, India, pusat kekuasaan portugis saat itu. Bahasa portugis hamper sama populernya dengan bahasa melayu, kedudukan yang tak kunjung di capai oleh bahasa Belanda dalam waktu 350 tahun penjajahan kekuasaan portugis melemah akibat peperangan denngan raja-raja Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh belanda pada tahun 1605.



2.Zaman Pemerintahan Belanda Setelah VOC
Setelah VOC dibubarkan, para Gubernur/ komisaris jendral harus memulai system pendidikan dari dasarnya, karena pendidikan zaman VOC berakhir dengan kegagalan total. Pemerintahan baru yang diresapi oleh ide-ide liberal aliran aufklarung atau Enlightenment menaruh kepercayaan akan pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan social. Pada tahun 1808 Deandels seorang Gubernur Belanda mendapat perintah Raja Lodewijk untuk meringankan nasib rakyat jelata dan orang-orang pribumi poetra,serta melenyapkan perdagangan budak. Usaha Deandels tersebut tidak berhasil, bahkan menambah penderitaan rakyat, karena ia mengadakan dan mewajibkan kerja paksa (rodi).
       Didalam lapangan pendidikan Deandels memerintahkan kepada Bupati-bupati di Pulau Jawa agar mendirikan sekolah atasa uasaha biaya sendiri untuk mendidik anak-anak mematuhi adat dan kebiasaan sendiri. Kemidian Deandels mendirikan sekolah Bidan di Jakarta dan sekolah ronggeng di Cirebon. Kemudian Pada masa (interregnum inggris) pemerintahan Inggris (1811-1816) tidak membawa perubahan dalam masalah pendidikan walaupun Sir Stamford Raffles seorang ahli negara yang cemerlang. Ia lebih memperhatikan perkembanagan ilmu pengetahuan, sedangkan pengajaran rakyat dibiarkan sama sekali. Ia menulis buku History of Java.
        Setelah ambruknya VOC tahun 1816 pemerintah Belanda menggantikan kedudukan VOC. Statua Hindia Belanda tahun 1801 dengan terang-terangan menyatakan bahwa tanah jajahan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada perdagangan dan kepada kekayaan negeri Belanda. Pada tahun 1842 Markus, menteri jajahan, memberikan perintah agar Gubernur Jendral berusaha dengan segenap tenaga agar memperbesar keuntungan bagi negerinya. Walaupuan setiap Gubernur Jendaral pada penobatannya berjanji dengan hidmat bahwa ia akan memajukan kesejahteraan hindia Belanda dengan segenap usuha prinsip yang masih dipertahankan pada tahun 1854 ialah bahwa hindia Belanda sebagai “negeri yang direbut harus terus member keuntungan kepada negeri belanda sebagai tujuan pendidikan itu. Sekolah pertama bagi anak Belanda dibuka di Jakarta pada tahun 1817 yang segera diikuti oleh pembukaan sekolah dikota lain di Jawa. Prinsip yang dijadikan pegangan tercantum distatuta 1818 bahwa sekolah-sekolah harus dibuka ditiap tempat bila diperlukan oleh penduduk Belanda dan diizinkan oleh keadaan.
        Gubernur Jendral Van der Capellen (1819-1823) menganjurkan pendidikan rakyat dan pada tahun 1820 kembali regen-regen diinstruksikan untuk menyediakan sekolah bagi penduduk untk mengajar anak-anak membaca dan menulis serta mengenal budi peketi yang baik. Anjuran Gubernur Jendral itu tidak berhasil untuk mengembangkan pendidikan oleh regen yang  aktif.
Tahun 1826 lapangan pendidikan dan pengajaran terganganggu oleh adanyan usaha-usaha penghematan. Sekolah-sekolah yang ada hanya bagi anak-anak Indonesia yang memeluk agama Nasrani. Alsannya adalah karena adanya kesulitan financial yang berat yang dihadapi orang Belanda sebagai akibat perang Diponegoro (1825-1830) yang mahal dan menelan banyak korban seerta peperangan antara Belanda dan Belgia (1830-1839).
Kesulitan keuangan ini menyebabkan raja belanda untuk meninggalkan prinsip-prinsip liberal dan menerima rencana yang dianjurkan Van den Bosch, bekas Gubernur di Guyana, jajahan Belanda di Amerika selatan, untuk memanfaatkan pekerjaan budak menjadi dasar eksploitasi colonial. Ia membawa ide penggunaan kerja paksa(rodi) sebagai cara yang ampuh untuk memperoleh cara usaha maksimal, yang kemudian terkenal dengan cultuur stelsel atau tanam paksa yang memaksa penduduk untuk menghasilkan tanaman yang diperlukan dipasaran Eropa.
       Van den Bosch mengerti, bahwa untuk memperbaiki stesel pembangunan ekonomi bagi belanda dibutuhkan tenaga-tenaga ahli yang banyak. Setelah tahun 1848 dikeluarkan peraturan-peraturan yang menunjukan perintah lambat laun menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia sebagai hasil perdebatan diparlemen Belanda dan mencerminkan sikap Liberal yang lebih menguntungkan tehadap rakyat Indonesia. Terbongkarnya penyalahgunaan system tanam paksa merupakan faktor dalam perbahan pandangan. Peraturan pemerintah tahun 1854 mengimtruksikan Gubernur Jendral untuk mendirikan sekolah dalam tiap kabupaten bagi pendidikan anak pribumi. Peraturan tahun 1863 mewajibkan Gubernur Jendral untuk mengusahakan terciptanya situasi yang memungkinkan penduduk bumi putera pada umumnya menikmati pendidikan.
        Sistem tanam paksa dihapuskan tehun 1870 dan digantikan dengan undang-undang Agraria 1870. Pada tahun itu di Indonesia timbul masa baru dengan adanya undang-undang Agraria dari De Waal, yang member kebebasan pada pengusaha-pengusaha pertania partikelir. Usaha-usaha perekonomian makin maju, masyarakat lebih banyak lagi membutuhkan pegawai. Sekolah-sekolah yang ada dianggap belum cukup memenuhi kebutuhan. Itulah sebabnya maka usaha mencetak calon-calon pegawai makin dipergiat lagi. Kini tugas departemen adalah memelihara sekolah-sekolah yang ada dengan lebih baik dan mempergiat usaha-usaha perluasan sekolah-sekolah baru.Pada tahun 1893 timbullah differensiasi pengajaran bumi putera

BAB III
KESIMPULAN DAN  SARAN
1.1.   KESIMPULAN
1.    Alasan orang Belanda mendirikan sekolah bagi anak-anak Indonesia yaitu untuk mendidik anak Belanda dan Jawa agar menjadi pekerja yang kompeten pada VOC. Dan pada saat itu belum terdapat pengajaran klasik. Mengajar berdasarkan pengajaran individual. Murid-murid datang seorang demi seorang ke meja guru dan menerima bantuan individual.
2.    Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa melayu dan portugis, karena bahasa belanda masih dirasakan sulit.
3.    Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, secara umum sistem pendidikan khususnya system persekolahan didasarkan kepada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan menurut golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu, diantaranya:
1. Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)
2. Pendidikan lanjutan = Pendidikan Menengah
3. Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs )
4. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)
4.    Ciri umum politik pendidikan Belanda
ü Menurut Tilaar (1995) dalam pandangannya menyebutkan ada 5 ciri yang dapat ditemukan pendidikan kita dimasa colonial belanda yaitu:
1. System Dualisme
2. System Korkondasi
3. Sentralisasi
4. Menghambat gerakan Nasional
5. Perguruan swasta yang militer
6. Tidak adanya perencanaan pendidikanyan sistematis

1.2.    SARAN





DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (bandung: Prosfect, 2007), hlm. 29
Prof. Dr. H. Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (bandung: Prosfect, 2007), hlm. 36
Prof. Dr. H. Afifuddin, Sejarah Pendidikan, (bandung: Prosfect, 2007), hlm. 37
Prof. Dr. S. Nasution, Sejarah Pendidikan Nasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 20
http://khairuddinhsb.blog.plasa.com/2008/07/21/pendidikan-di-zaman-belanda/



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar